Roselia/Roseola Infantum bersifat menular, di sebabkan oleh virus herpes ringan kelas 6 (HHV6) - 7 (HHV7) dan umumnya menyerang bayi pada usia 6 bulan – 2 tahun.
Penularan terjadi melalui air liur ketika bersin, bicara, tertawa, berbagi tempat minum. Apabila anak menghirup atau memegang liur yang sudah terinfeksi kemudian menyentuh hidungnya, maka anak akan tertular.
Anak hanya bisa menyebarkan virus sebelum dia mengalami gejala sakit, seperti demam tinggi dan/atau bercak/ruam.. Ketika gejala sakit sudah timbul, penularan tidak akan lagi terjadi..
Gejala sakitnya ialah demam tinggi selama beberapa hari (mencapai 39-40 derajat Celcius dan bisa lebih), dilanjutkan dgn timbul bercak merah pada saat demamnya hilang, persis seperti yang dialami anak ane.
Beberapa kasus, demam tinggi dapat menyebabkan kejang ringan.. Apabila kejang berlanjut, penanganan oleh dokter harus segera dilakukan.
Setalah demam hilang, timbul ruam/bercak merah dan itu tidak gatal atau menggangu bagi bayi, tapi pengaruh lain bayi mungkin akan menjadi sedikit rewel, mudah capek dan hilang nafsu makan.
Tidak ada pengobatan khusus / vaksin yang dianjurkan, cukup penangan dirumah dengan banyak istirahat, menjaga kebersihan, perbanyak minum (mencegah dehidrasi) dan antisipasi demam anak lainnya (banyak thread di Forum Anak)..
Finally, bercak merah itu akan hilang dengan sendirinya dalam 1 atau 2 hari.
Rosalia biasa menyerang anak-anak dan sangat jarang terjadi pada orang dewasa. Ada dokter yang berfikir bahwa serangan Roseola di masa kecil dapat memberikan kekebalan abadi terhadap penyakit.
Infeksi berulang mungkin terjadi, tapi kasus ini sangat jarang.
Beberapa sumber:
Kidshealthinfo
dokternoviana
Exanthema subitum
Senin, 19 Desember 2011
Sabtu, 10 Desember 2011
cara orangtua mengajarkan tanggung jawab pada anak

kita juga perlu mendidik anak-anak kita memiliki sikap tanggung jawab yang ini bermanfaat sangat besar dalam pembentukan sikap di kemudian hari insya Allah. Mungkin akan timbul sederet pertanyaan; Kapan waktu yang tepat? bagaimana tahapannya? dll.
1 Berikan anak kepercayaan untuk mengemban suatu tugas sesuai dengan kamampuannya.
2 Jangan membebaninya terlalu banyak pekerjaan. Lihatlah kondisi atau suasana hatinya, karena dapat menurunkan motivasi dan kesuksesan yang ingin diraihnya.
3 Andalkan anak dalam bertanggung jawab. Saat memberikan tanggung jawab diskusikan waktu yang tepat untuk menyelesaikannya. Selain itu biarkan anak menyelesaikan dengan caranya sendiri, orangtua hanyalah mengarahkan. Jika tidak terselesaikan, bantu anak sesuai dengan kebutuhannya.
4 Jangan pernah menyebut anak tidak bertanggung jawab. Anak akan merasa dirinya memang tidak bertanggung jawab
5 Bantu anak mengatur pekerjaan sekolahnya. Misalnya, ketika anak harus mengerjakan PR, atur waktu kapan anak harus ke perpustakaan dan menulis hasil amatannya.
6 Jangan lakukan tugasnya. Bukan hal janggal melihat orangtua terjebak mengerjakan PR anaknya. Biarkan anak mengerjakan PR-nya sendiri, namun tetap dampingi. Bantu jika anak mengalami kesulitan. Sehingga anak belajar bahwa PR merupakan tanggung jawabnya.
7 Ajari anak mengatur keuangannya. Sebaiknya berikan uang secukupnya dan hindari mempergunakan uang tersebut lebih dari yang mereka punya. Jika menginginkan sesuatu ajari anak mengumpulkan uang dan hindari berhutang. Selain itu, biasakan anak menyisihkan uangnya untuk kegiatan sosial. Ajak anak menjadi sukarelawan. Kegiatan ini bisa dilakukan saat liburan sekolah misalnya di sebuah panti sosial, menjadi guru untuk anak-anak jalanan. Melalui kegiatan ini anak belajar menghargai waktu, dan belajar bertanggung jawab pada lingkungan sosialnya
Hal yang sangat penting untuk diingat oleh para pendidik, pendidikan tanggung jawab tidak hanya berkaitan dengan perkara-perkara di dunia seperti membereskan tugas-tugas, mainan dan lain sebagainya. Ada tanggung jawab yang sangat penting yang harus pula dididik mulai dari usia yang masih belia. Dan ini berkaitan dengan rukun Islam yaitu penegakkan sholat lima waktu. Tidaklah seseorang meninggalkan sholat karena meremehkan tanggung jawabnya nanti di hadapan Allah, padahal sholat adalah hal yang pertama kali dipertanyakan ketika penghisaban nanti.
SUMBER
Kapan Waktu yang Tepat ?
Mendidik tanggung jawab sesungguhnya dapat dilakukan bahkan di usia masih sangat kecil yaitu balita. Ustadz Abdul Hakim dalam bukunya “Menanti Buah Hati dan Hadiah untuk yang Dinanti” membagi usia anak-anak menjadi dua tahapan, yaitu sebelum tamyiz dan sesudah tamyiz. Tamyiz secara bahasa bermakna membedakan di antara sesuatu dan anak-anak yang yang telah dapat membedakan sesuatu dengan baik terutama di dalam hal-hal yang membahayakan dirinya dinamakan mumayyiz. Masih dalam kitabnya, Ustadz Abdul Hakim berkata, “Pendidikan yang terbaik bagi anak sebelum dan sesudah tamyiz dengan jalan mendengar dan melihat kepada sesuatu yang baik dan terbaik menurut agama dan bukan menurut akal fikiran dan adat-adat manusia yang menyalahi agama yang mulia.”TAHAP-TAHAP
1 Berikan anak kepercayaan untuk mengemban suatu tugas sesuai dengan kamampuannya.
2 Jangan membebaninya terlalu banyak pekerjaan. Lihatlah kondisi atau suasana hatinya, karena dapat menurunkan motivasi dan kesuksesan yang ingin diraihnya.
3 Andalkan anak dalam bertanggung jawab. Saat memberikan tanggung jawab diskusikan waktu yang tepat untuk menyelesaikannya. Selain itu biarkan anak menyelesaikan dengan caranya sendiri, orangtua hanyalah mengarahkan. Jika tidak terselesaikan, bantu anak sesuai dengan kebutuhannya.
4 Jangan pernah menyebut anak tidak bertanggung jawab. Anak akan merasa dirinya memang tidak bertanggung jawab
5 Bantu anak mengatur pekerjaan sekolahnya. Misalnya, ketika anak harus mengerjakan PR, atur waktu kapan anak harus ke perpustakaan dan menulis hasil amatannya.
6 Jangan lakukan tugasnya. Bukan hal janggal melihat orangtua terjebak mengerjakan PR anaknya. Biarkan anak mengerjakan PR-nya sendiri, namun tetap dampingi. Bantu jika anak mengalami kesulitan. Sehingga anak belajar bahwa PR merupakan tanggung jawabnya.
7 Ajari anak mengatur keuangannya. Sebaiknya berikan uang secukupnya dan hindari mempergunakan uang tersebut lebih dari yang mereka punya. Jika menginginkan sesuatu ajari anak mengumpulkan uang dan hindari berhutang. Selain itu, biasakan anak menyisihkan uangnya untuk kegiatan sosial. Ajak anak menjadi sukarelawan. Kegiatan ini bisa dilakukan saat liburan sekolah misalnya di sebuah panti sosial, menjadi guru untuk anak-anak jalanan. Melalui kegiatan ini anak belajar menghargai waktu, dan belajar bertanggung jawab pada lingkungan sosialnya
Hal yang sangat penting untuk diingat oleh para pendidik, pendidikan tanggung jawab tidak hanya berkaitan dengan perkara-perkara di dunia seperti membereskan tugas-tugas, mainan dan lain sebagainya. Ada tanggung jawab yang sangat penting yang harus pula dididik mulai dari usia yang masih belia. Dan ini berkaitan dengan rukun Islam yaitu penegakkan sholat lima waktu. Tidaklah seseorang meninggalkan sholat karena meremehkan tanggung jawabnya nanti di hadapan Allah, padahal sholat adalah hal yang pertama kali dipertanyakan ketika penghisaban nanti.
SUMBER
Jumat, 09 Desember 2011
Kiat Jitu Atasi Batita Ngamuk

Munculnya TANTRUM atau amarah yang tak terkendali sebetulnya merupakan pertanda baik. Tangani amukannya secara bijak.
Sering, kan, anak marah-marah hanya karena ia merasa tidak puas oleh hal sepele. Misalnya, sepatu yang disodorkan ibu tidak sesuai dengan keinginannya. Ia minta warna merah jambu, tapi karena kotor, ia harus memakai sepatu yang berwarna cokelat. Yang terjadi kemudian, si anak menolak sambil marah dan melempar sepatunya. Kalau keinginannya belum terpenuhi juga, dia akan semakin marah dan menangis keras. Bahkan, terkadang sampai berguling-guling di lantai.
Perilaku ini belum muncul di usia awal karena umumnya bayi hanya menunjukkan respons atas kebutuhannya seperti kalau lapar, haus, dan popoknya basah, dengan cara menangis. Namun seiring perkembangannya, di usia sekitar 9 bulan bayi mengembangkan konsep "saya mau". Nah, bila sesuatu yang diinginkannya tidak berjalan sesuai yang dia mau, maka ia akan frustasi. Salah satu cara untuk menandakan perasaan itu adalah dengan tantrum . Inilah bentuk-bentuk amukan di usia batita dan cara mengatasinya.
USIA 12-18 bulan
Mendekati usia setahun, anak bisa frustrasi saat menghadapi adanya hambatan-hambatan fisik. Misalnya, beberapa anak merasa terintangi saat harus duduk di kursi tinggi (kursi makan batita), di carseat, atau di tempat bermainnya yang berpagar. Benda-benda tersebut membatasi geraknya sementara kemampuan motoriknya sedang berkembang dan bertambah. Selain itu, anak juga masih terbatas kemampuan bicaranya, sehingga belum dapat mengekspresikan keinginannya lewat kata-kata. Akibatnya ia akan mengepalkan tangannya dengan muka memerah karena marah, seolah ia mengatakan kepada kita bahwa situasinya saat itu sedang tidak nyaman.
Bentuk tantrum
Anak menangis keras, melengkungkan punggungnya, dan menggeliat-geliat dengan marah.
Cara mengatasinya
Sebagai orang tua, cobalah untuk memahami segala keterbatasannya, dan antisipasilah hambatan-hambatan itu agar tantrum tidak keburu muncul. Jika anak telanjur mengamuk, cara mengintervensinya yaitu dengan mengambil si anak untuk disayang-sayang, dielus, dan dipeluk sampai dia tenang. Tak perlu memberi pelajaran pada anak seusia ini. Alihkan saja perhatiannya pada mainan dan nyanyian, ini dapat membantu.
Kasih sayang orang tua bukan hanya dapat mengerem tantrum , tapi juga membantu anak mengembangkan rasa aman, sehingga ia mampu membangun dasar dari perasaan yang baik. Dengan modal dasar ini, bila sudah besar nanti, ia bisa menenangkan dirinya kala sedang marah. Ia pun akan belajar bahwa dirinya bisa mengontrol dan dapat tetap tenang tanpa harus marah meledak-ledak.
Namun perlu diingat, bagaimanapun juga tidaklah mudah menenangkan anak yang tengah frustrasi dan membuatnya nyaman. Bila memang tidak berhasil, hadapi terus dengan sikap yang santai. Pastikan bahwa segala sesuatunya sudah berjalan benar, dan tidak ada kesalahan yang jadi penyebab tantrum -nya. Kalau sudah begitu, jangan coba-coba untuk menghentikan tangisannya. Adakalanya, Anda cuma bisa menunggu sampai tantrum -nya reda.
18 BULAN SAMPAI 3 TAHUN
Ingat, di usia batita, tantrum tak lebih merupakan ekspresi sederhana dari rasa frustrasi. Anak sebetulnya ingin merasa berkuasa dan menjadi sangat marah ketika keinginannya tidak terpenuhi segera. Sementara, sangatlah penting bagi orang tua untuk mendukung kemandiriannya yang sedang berkembang. Oleh karena itu, orang tua tetap harus bersikap kritis untuk mengatakan "tidak" terhadap permintaan-permintaannya yang tidak masuk akal.
Contohnya, saat kita sedang memasak anak merengek-rengek minta digendong. Katakan kepadanya baik-baik bahwa dia akan segera digendong bila kita sudah menyelesaikan pekerjaan dapur. Jadi, lanjutkan saja pekerjaan memasak tersebut.
Namun, bersiaplah bila kemudian anak berteriak, "Gendong!" sambil meraung-raung dan menarik-narik baju kita. Karena anak belum dapat mengatur perasaannya, kemarahan itu cenderung meningkat. Akibatnya, tantrum -nya tidak dapat diprediksi, bisa cepat menghilang dan bisa juga menguat.
Bentuk tantrum:
Berteriak sambil menangis, menendang, membanting dan melempar sesuatu, memukuli tangan dan kaki, serta menjatuhkan diri ke lantai. Jadi, jangan kaget bila anak melemparkan dirinya ke lantai sambil menghentak-hentakkan tangan dan kakinya di lantai karena frustrasi.
Mengapa bisa seperti itu? Tentunya karena di usia ini anak belum mengerti konsep menunggu. Bila sedikit saja penanganannya tertunda, hal itu bisa membuatnya lepas kendali. Begitu pun dengan rasa capek, lapar, dan perubahan yang tidak diharapkan.
Ironisnya, tingkah laku yang terburuk justru ditunjukkan kepada kita yang telah mencurahkan kasih sayang secara tulus. Rupanya, kedekatan selama ini membuatnya merasa aman untuk mengekspresikan kemarahan, rasa frustrasi dan kekecewaannya di hadapan kita.
Cara mengatasinya:
Orang tua harus mengambil tindakan bila ia menggigit, memukul, menendang, mencakar atau bila membahayakan dan melukai dirinya sendiri dengan mengeliat-geliat di lantai tanpa kontrol. Cara mengintervensinya dengan bergerak tenang dan menghindari jangkauan anak, sambil mengatakan, "Tidak. Kamu tak boleh tendang ibu/ayah!" Bila ia bermaksud membahayakan dan melukai dirinya, maka segeralah bawa ke tempat yang aman dimana dia dapat melanjutkan tantrum -nya dengan aman.
Selama menghadapi tantrum , bersikaplah konsisten atau tidak mengalah. Misalnya, anak mengamuk karena kita tidak mengizinkannya makan permen ketiga. Saat ia berteriak-teriak minta lagi, berikan alasan yang masuk akal. Sikap menyerah hanya akan membuat anak belajar bahwa dia bisa menggertak orang tua untuk menuruti keinginannya.
Anak di usia ini masih bisa dialihkan perhatiannya. Ajaklah ia untuk mencoba berbagai permainan yang menarik, seperti puzzle sederhana. Hal ini akan membantu menggeser pikirannya dari permen tadi.
Bila tantrum -nya penuh dengan gerakan-gerakan, sebaiknya orang tua tetap berada di dekatnya. Biarkan ia begitu dan jangan memberinya respons. Saat tidak mendapat hal yang diinginkan, ia mungkin menginginkan perhatian dari kita. Namun, bila kita meladeni kelakuannya dalam bentuk interaksi apapun, hal ini malah akan meningkatkan tantrum -nya dan semakin sedikit kita bereaksi, semakin cepat pula tantrum itu teratasi.
Bila Anda ragu untuk memberi respons atau tidak, ingatlah bahwa anak perlu belajar bagaimana mengalami perasaan frustrasi dan kekecewaan. Jadi, cara terbaik untuk membantunya adalah dengan tidak ikut campur. Beri ia kesempatan untuk mengatasi perasaan tidak nyamannya sendiri, dan bagaimana mengembalikan kontrol diri setelah lepas kendali.
Sekali dia belajar, dia akan siap untuk pelajaran berikutnya. Pada akhirnya, dengan tidak bereaksi, anak akan melihat bahwa tantrum -nya itu tak berpengaruh apa-apa pada orang tua. Atau paling tidak, ia melihat efeknya terhadap kita sangatlah kecil. Dengan demikian sedikit kemungkinan anak akan mengulang amukannya di lain waktu.
Begitu tantrum -nya sudah lewat ia akan kembali bersahabat. Ini mengisyaratkan bahwa semakin cepat anak mengendalikan kontrol dirinya, semakin cepat pula dia mau berbaikan kembali dengan kita.
Kamis, 08 Desember 2011
Manfaat Permainan Outbound untuk Anak

Ternyata Outbound bukan hanya sekedar bermain saja. Banyak manfaat yang bisa di dapatkan bagi si kecil. Wahana outbound bisa melatih keberanian dan kemandirian anak serta melatih tingkat kecerdasan anak. Selain itu outbound juga melatih psikomotorik anak agar lebih cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan alam bebas dan mencintai alam.
Saat ini sudah mulai banyak diadakan kegiatan outbound bagi anak. Dengan kegiatan ini hubungan orang tua dan anak juga bisa terjalin harmonis. Karena ada outboound yang membolehkan orang tua untuk ikut dan ada juga tidak. Namun keduanya memiliki manfaat untuk si anak itu sendiri nantinya.
Outbound untuk anak-anak bertujuan untuk melihat kemampuan dan perkembangan anak baik secara fisik maupun mental. Dengan wahana permainan yang dibuat sedemikian rupa, menjadikan si anak berusaha dan mampu untuk memecahkan suatu permasalahan.
Diharapkan setelah mengikuti outbound anak lebih berani,percaya diri dan mampu berkomunikasi dengan baik, terutama dengan orang tua dan teman-temannya. Outbound juga memacu kreatifitas dan kemampuan berfikir anak. Banyak manfaat yang bisa didapatkan anak dari permainan outbound
APA YANG DICARI ?

Selain dirasakan sangat perlu oleh orang tua mereka pilihan-pilihan aktivitas positif yang ada juga sangat menyenangkan bagi anak-anak. peningkatan produktifitas anak merupakan salah satu tujuan positif dari program-program outbond.
“Sangat diharapkan setelah mengikuti outbound anak akan menjadi lebih berani, serta bila orangtua juga ikut serta diharapkan anak akan mendapatkan kembali figur orangtua yang selama ini sempat hilang karena kesibukan bekerja. Ini akan membuat anak lebih komunikatif dan mau terbuka dengan orangtua,” jelas bapak empat orang anak ini.
Menurutnya, dari sebuah kegiatan outbound akan bisa didapat beberapa manfaat seperti :
1. Komunikasi membaik
Bila memang outbound tersebut berhasil, anak akan memiliki pola komunikasi yang membaik, entah itu dengan orangtua maupun teman dan lingkungan sekitarnya.
2. Problem solving
Kemampuan anak memecahkan masalah akan dilatih dalam outbound. Contohnya saat si anak dan timnya dapat berhasil memecahkan suatu teka-teki untuk mendapatkan poin tambahan, sebelumnya ia pasti telah mengerahkan pikiran untuk menganalisa dan mencari jawabannya.
3. Kreativitas
Berbagai macam permainan pun dirancang sedemikian rupa untuk merangsang kreativitas anak.
4. Keberanian
Anak yang semula memiliki rasa takut karena terbiasa dengan orangtua yang over-protective dapat ‘memaksakan’ dirinya untuk jadi lebih berani pada permainan yang menuntut keberanian seperti flying fox ataupun jalan di atas bambu.
Rabu, 07 Desember 2011
Makanan Seperti Apa Yang Disukai Balita?
Memiliki buah hati adalah dambaan setiap orang tua, namun tentunya sudah pasti merupakan tanggung jawab kita untuk mengatur pola makan anak. Selera makan balita kadang menjadi permasalahan utama yang memusingkan orangtua. Susah makan, tidak suka makan buah/sayur, hingga picky eater. Hal ini tentunya dapat berdampak terhadap perkembangan dan gizi balita sehingga pertumbuhannya kurang sehat. Tahukah anda, sebenarnya makanan apa yang disukai balita? Di bawah ini akan disajikan makanan seperti apa yang disukai balita.
Mengingat balita memiliki usus yang pencernaannya belum sempurna maka tekstur makanan perlu menjadi perhatian. Pilihlah Tekstur makanannya yang mudah dikunyah, lembut atau renyah. Makanan ini harus cukup halus permukaannya, sehingga mudah dikunyah si kecil. Makanan yang berkonsistensi padat atau kental akan memberikan ragsangan yang lebih lambat terhadap insera anak.
Aroma yang disebarkan oleh makanan daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang anak balita sehingga membangkitkan selera. Anak cenderung menyukai makanan yang beraroma tidak terlalu tajam, dan citarasanya tidak terlalu asin, manis atau berbumbu.
Suhu jangan terlalu panas atau terlalu dingin karena biasanya tidak menarik selera makan bagi anak balita. Semua makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan dingin pada temperatur ruangan, atau suam-suam kuku. Perkenalkan sejak bayi berusia 2-3 tahun.
Warna makanan ternyata sangat berpengaruh terhadap nafsu makan anak. Biasanya mereka menyukai warna makanan yang mencolok seperti warna merah, hijau tua, kuning dan biru. Anak cenderung tidak tertarik dengan makanan berwarna kusam atau pucat. Betapapaun lezatnya makanan apabila penampilannya tidak menarik waktu disajikan akan mengakibatkan selera makan menjadi hilang. Bila menggunakan pewarna, gunakan jenis yang alami –misalnya warna hijau dari daun suji atau warna kuning dari kunyit.
Anak balita menyukai makanan padengan bentuk menarik dan lucu. Untuk membuat makanan menjadi lebih menarik biasanya disajikan dalam bentuk-bentuk tertentu. Gunakan cetakan kue atau alat pemotong khusus untuk memotong keju, roti tawar, sayuran atau buah dan atur letaknya, misalnya potongan apel menjadi kelopak bunga, atau roti tawar sebagai sebentuk wajah.
Ukuran tidak terlalu besar, sehingga mudah dipegang anak, namun tidak juga terlalu kecil agar anak tidak tersedak.
Bagi balita maupun orang dewasa, variasi makanan sangat mempengaruhi nafsu makan. Kaya variasi ia tidak akan merasa bosan bila Anda menyiapkan bekal yang berbeda setiap hari untuknya. Selain itu, tubuhnya juga akan menerima tambahan asupan zat gizi yang beragam. Perlu dikenalkan makanan variasi bagi mereka agar balita bisa beradaptasi dengan makanan yang baru dilihatnya. Namun harus diperhatikan variasi makanan disesuaikan pada umurnya dan selalu berkembang sesuai umurnya.
TEKSTUR
Mengingat balita memiliki usus yang pencernaannya belum sempurna maka tekstur makanan perlu menjadi perhatian. Pilihlah Tekstur makanannya yang mudah dikunyah, lembut atau renyah. Makanan ini harus cukup halus permukaannya, sehingga mudah dikunyah si kecil. Makanan yang berkonsistensi padat atau kental akan memberikan ragsangan yang lebih lambat terhadap insera anak.
AROMA
Aroma yang disebarkan oleh makanan daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang anak balita sehingga membangkitkan selera. Anak cenderung menyukai makanan yang beraroma tidak terlalu tajam, dan citarasanya tidak terlalu asin, manis atau berbumbu.
SUHU
Suhu jangan terlalu panas atau terlalu dingin karena biasanya tidak menarik selera makan bagi anak balita. Semua makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan dingin pada temperatur ruangan, atau suam-suam kuku. Perkenalkan sejak bayi berusia 2-3 tahun.
WARNA
Warna makanan ternyata sangat berpengaruh terhadap nafsu makan anak. Biasanya mereka menyukai warna makanan yang mencolok seperti warna merah, hijau tua, kuning dan biru. Anak cenderung tidak tertarik dengan makanan berwarna kusam atau pucat. Betapapaun lezatnya makanan apabila penampilannya tidak menarik waktu disajikan akan mengakibatkan selera makan menjadi hilang. Bila menggunakan pewarna, gunakan jenis yang alami –misalnya warna hijau dari daun suji atau warna kuning dari kunyit.
BENTUK MENARIK
Anak balita menyukai makanan padengan bentuk menarik dan lucu. Untuk membuat makanan menjadi lebih menarik biasanya disajikan dalam bentuk-bentuk tertentu. Gunakan cetakan kue atau alat pemotong khusus untuk memotong keju, roti tawar, sayuran atau buah dan atur letaknya, misalnya potongan apel menjadi kelopak bunga, atau roti tawar sebagai sebentuk wajah.
UKURAN
Ukuran tidak terlalu besar, sehingga mudah dipegang anak, namun tidak juga terlalu kecil agar anak tidak tersedak.
KAYA VARIASI
Bagi balita maupun orang dewasa, variasi makanan sangat mempengaruhi nafsu makan. Kaya variasi ia tidak akan merasa bosan bila Anda menyiapkan bekal yang berbeda setiap hari untuknya. Selain itu, tubuhnya juga akan menerima tambahan asupan zat gizi yang beragam. Perlu dikenalkan makanan variasi bagi mereka agar balita bisa beradaptasi dengan makanan yang baru dilihatnya. Namun harus diperhatikan variasi makanan disesuaikan pada umurnya dan selalu berkembang sesuai umurnya.
Senin, 05 Desember 2011
Manfaat Perjalanan untuk Anak
Belajar geografi
Percaya atau tidak, geografi sangat penting diajarkan untuk anak-anak, selain membaca, berhitung dan menulis. Geografi adalah ilmu kehidupan. Ia mengajarkan pemahaman lintas budaya dan negara dan ilmu fenomena bumi seperti cuaca, iklim, geofisika, bencana alam. Tidak hanya soal itu, barangkali geografi adalah salah satu bidang ilmu yang mempelajari korelasi sebab akibat antara beberapa disiplin ilmu dan mengajak pembelajarnya untuk berinteraksi dengan dunianya.
Belajar berbahasa dan berkomunikasi
Anak-anak akan lebih berani untuk berkomunikasi dengan orang baru, mengetahui perbedaan-perbedaan cara berkomunikasi. Mereka akan tahu bahwa tidak hanya satu bahasa yang ada di dunia, tapi beragam.
Menjauhi konsumsi materialistis
Perjalanan adalah konsumsi pengalaman. Anak-anak yang sering dibawa bepergian akan paham tentang pentingnya pengalaman, menikmatinya, dan akan terus kembali mencari pengalaman sebagai pemuas kebutuhan jasmani dan rohaninya di masa datang. Bandingkan dengan membelikannya mainan yang cepat dilupakannya.
Menyerap nilai-nilai kehidupan
Tidak hanya retorika, orang tua bisa menunjukkan secara langsung bagaimana manusia menjalani hidup, dan apa yang terjadi secara nyata di masyarakat yang dikunjunginya. Sambil menghabiskan waktu berkualitas (quality time) dengan anak-anak, orang tua bisa berdiskusi ringan tentang makna interaksi atau fenomena tertentu.
Belajar bertanggungjawab
Jika diajak untuk ikut merencanakan dan mempersiapkan perjalanan, anak-anak belajar bertanggungjawab terhadap pilihannya sendiri. Misalnya, orang tua dapat mengajarkan cara berkemas yang baik, dan apa yang harus dibawa dan tidak. Selain itu, semua kebutuhan anaknya sejak dini diserahkan pada anak itu, sehingga ia belajar bertanggungjawab pada dirinya sendiri.
Menghargai perbedaan
Kaitannya dengan geografi, bahasa, budaya dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat yang dikunjunginya. Semakin berbeda dengan kondisi asalnya, maka anak dapat melihat bahwa di dunia ini tidak hanya ada satu cara pandang, dan kita tidak hidup dalam tempurung. Ini memberi modal pada anak sampai dewasa nanti untuk selalu menghargai perbedaan.
Percaya atau tidak, geografi sangat penting diajarkan untuk anak-anak, selain membaca, berhitung dan menulis. Geografi adalah ilmu kehidupan. Ia mengajarkan pemahaman lintas budaya dan negara dan ilmu fenomena bumi seperti cuaca, iklim, geofisika, bencana alam. Tidak hanya soal itu, barangkali geografi adalah salah satu bidang ilmu yang mempelajari korelasi sebab akibat antara beberapa disiplin ilmu dan mengajak pembelajarnya untuk berinteraksi dengan dunianya.
Belajar berbahasa dan berkomunikasi
Anak-anak akan lebih berani untuk berkomunikasi dengan orang baru, mengetahui perbedaan-perbedaan cara berkomunikasi. Mereka akan tahu bahwa tidak hanya satu bahasa yang ada di dunia, tapi beragam.
Menjauhi konsumsi materialistis
Perjalanan adalah konsumsi pengalaman. Anak-anak yang sering dibawa bepergian akan paham tentang pentingnya pengalaman, menikmatinya, dan akan terus kembali mencari pengalaman sebagai pemuas kebutuhan jasmani dan rohaninya di masa datang. Bandingkan dengan membelikannya mainan yang cepat dilupakannya.
Menyerap nilai-nilai kehidupan
Tidak hanya retorika, orang tua bisa menunjukkan secara langsung bagaimana manusia menjalani hidup, dan apa yang terjadi secara nyata di masyarakat yang dikunjunginya. Sambil menghabiskan waktu berkualitas (quality time) dengan anak-anak, orang tua bisa berdiskusi ringan tentang makna interaksi atau fenomena tertentu.
Belajar bertanggungjawab
Jika diajak untuk ikut merencanakan dan mempersiapkan perjalanan, anak-anak belajar bertanggungjawab terhadap pilihannya sendiri. Misalnya, orang tua dapat mengajarkan cara berkemas yang baik, dan apa yang harus dibawa dan tidak. Selain itu, semua kebutuhan anaknya sejak dini diserahkan pada anak itu, sehingga ia belajar bertanggungjawab pada dirinya sendiri.
Menghargai perbedaan
Kaitannya dengan geografi, bahasa, budaya dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat yang dikunjunginya. Semakin berbeda dengan kondisi asalnya, maka anak dapat melihat bahwa di dunia ini tidak hanya ada satu cara pandang, dan kita tidak hidup dalam tempurung. Ini memberi modal pada anak sampai dewasa nanti untuk selalu menghargai perbedaan.
Jumat, 02 Desember 2011
Photo Bayi Terberat Di Dunia
Mengatasi Anak yang Susah Tidur

banyak factor yang menjadi penyebab anak atau balita kita susah tidur. Padahal kebutuhan manusia akan tidur seharusnya bisa tercukupi agar produktivitas tidak terganggu. Jika orang dewasa perlu tidur sekitar 6-8 jam per hari, maka pada bayi dibutuhkan 16-20 jam tidur. Sedangkan pada balita diperlukan sekitar 12-13 jam tidur per hari, dan sekitar 10 jam tidur pada anak-anak di atas lima tahun. Bila kurang dari itu, patut diwaspadai bahwa bayi atau anak tersebut mengalami masalah sulit tidur.
beberapa gejala anak yang kurang tidur diantaranya
1. Sulit dibangunkan di pagi hari.
2. Emosional
3. Impulsif
4. Rewel
5. Mudah frustasi
6. Penurunan tingkat kecerdasannya
7. Kurang konsentrasi
8. Daya ingat menjadi lemah.
9. Mengalami gangguan fungsi kognitif, sehingga ia lebih agresif dan hiperaktif, menjadi pembangkang dan tidak kooperatif.
penyebab anak susah tidur diantaranya
1. Lingkungan yang bising atau panas.
2. Kebiasaan menonton televise sebelum tidur.
3. Ketakutan akan sesuatu.
4. Disebabkan penyakit, misalnya asma, alergi, dsb. Yang menyebabkan anak sulit tidur.
5. Melakukan kegiatan yang berat seperti bermain games atau bersenda gurau.
tips pola tidur anak yang baik
1. Sejak awal tentukan jam berapa anak harus tidur.
2. Tidur dengan cara yang benar yaitu di tempat tidur, bukan di gendongan atau di ayunan.
3. Ciptakan lingkungan yang sejuk, nyaman dan hening.
4. Biasakan mematikan lampu, dan hanya menggunakan penerangan kecil atau cahaya dari ruangan lain.
Kamis, 01 Desember 2011
Bagaimana Cara Yang Tepat Untuk MEMUJI Anak?

Kebanyakan orang tua pasti senang memuji dan membanggakan anaknya. Namun, beberapa pujian atau cara memuji yg diberikan orang tua terkadang kurang efektif dan kurang tepat sasaran. Bagaimana sih pujian yang tepat itu, agar berdampak positif bagi si kecil dan bukan sebaliknya? Ikuti beberapa petunjuk di bawah ini.
- Harus Lebih Spesifik
Anak menggambar sebuah bunga. Gambar itu bagus sehingga Anda merasa perlu memujinya. Tetapi, jangan katakan, "Gambar itu bagus!". Perhatikan dulu gambarnya dengan cermat. Pilih bagian terbaik dari gambar itu. Bunganya yang berwarna merah, misalnya. Maka katakan, "Bunganya yang merah bagus sekali. Mama suka!"
Kalimat Anda akan memicunya untuk menggambar lebih baik, sehingga Anda tidak hanya memuji bunga yang merah saja, tetapi juga daunnya, bunga yang kuning dan semua yang ada di gambar itu. - Di Depan Orang Lain
Karena semua orang menyukai pujian, ada baiknya pujian pada si kecil juga tidak hanya diberikan saat dia sendirian. Berikan juga ketika dia sedang bersama yang lain, misalnya ayahnya, gurunya, om dan tantenya. Tetapi gunakan cara yang tidak terlalu langsung. Contohnya, "Ayah sudah melihat gambarmu yang bagus tadi? Coba tunjukkan, pasti komentar Ayah akan sama dengan komentar Ibu tadi!" - Iringi Dengan Perhatian
Agar pujian Anda membuat si kecil lebih termotivasi, barengi dengan perhatian, jadi jangan sekedar memuji. Misalnya, si kecil berhasil mengayuh sepedanya tanpa jatuh. Pujilah! "Bagus! Berarti anak Mama sudah besar ya!"
Hari berikutnya, saat melihat dia bersiap-siap dengan sepedanya, luangkan waktu Anda untuk melihat sendiri kemampuannya. Di tengah dia bersepeda, acungkan kedua jempol Anda sambil memujinya, sekali lagi. Maka si kecil akan semakin bersemangat. - Hargai Usahanya
Saat anak berhasil menuliskan namanya sendiri, meski belum sempurna, Anda perlu memberikan penghargaan yang lebih dari sekedar kata pujian. Misalnya, "Ayo kita tempel di lemari es. Biar semua orang tahu kalau anak Mama sudah pintar menulis!". Kesediaan Anda memamerkan karyanya itu kepada yang lain, akan membuat si kecil lebih bersemangat dalam meningkatkan kemampuan tulisnya. - Pilih Positifnya
Si kecil mulai bisa memakai celana sendiri, tetapi belum bisa mengenakan kaosnya. Maka pujilah kemampuannya mengenakan celana sendiri itu saja. Jangan singgung-singgung soal ketidakmampuannya memakai kaos sendiri.
Atau katakanlah, "Pintarnya Anak Ibu, sudah bisa pakai celana sendiri. Jangan lupa kaosnya ya!". Ini lebih baik daripada, "Kenapa tidak sekalian dengan kaosnya?" Kalimat yang terakhir ini akan membuatnya merasa 'kecil' dan belum layak dipuji. Kasihan kan? - Pujian Tanpa Syarat
Pujian yang baik adalah yang diberikan tanpa embel-embel, tanpa syarat. Jangan memuji dengan kalimat, "Mama akan lebih bangga kalau kamu juga bisa pakai kaos sendiri. Biar nggak Cuma pakai celananya saja."
Jumat, 25 November 2011
Ngompol bikin cerdas

Sewaktu masih punya bayi, sempat juga terpikir untuk menyingkirkan popok kain. Buat ibu yang masih belum fit setelah bersalin, popok sekali pakai untuk si kecil amatlah membantu. Cucian jadi tidak menumpuk terlalu tinggi, mengganti popok tak mesti dilakukan setiap kali si bayi pipis, dan kenyamanan tidur kita serta bayi pun nyaris tanpa gangguan.
Namun saya berpikir lagi soal biaya. Kalau dihitung-hitung, sayang juga uang ratusan ribu habis setiap bulan hanya untuk menampung kotoran si kecil. Ah, beginilah kalau seorang ibu berhitung anggaran belanja; kesimpulannya, popok kain jelas lebih ekonomis. Saya capek bolak-balik mengganti popok bayi yang basah, apalagi di malam hari karena sepulang bekerja saya sudah lelah dan ngantuk sekali... belum lagi urusan nyuci dan nyetrika baju si kecil..., ya enggak apa-apa deh sebagian gaji saya dan suami habis untuk beli pospak. Yang penting kami dan si bayi sama-sama nyaman.
Untungnya, kesimpulan itu tidak membuat saya berhenti berpikir soal dampak pemakaian pospak 24 jam. Rasanya ada yang kurang kalau bayi tidak kenal popok kain sama sekali. Seperti ada yang hilang dari dunianya yang serbabaru. Tapi apakah yang hilang itu? Saya mencoba mencari jawaban. Lalu saya sampai pada sebuah pertanyaan, "Apa jadinya kalau bayi tidak pernah sadar dirinya ngompol?"
Namun saya berpikir lagi soal biaya. Kalau dihitung-hitung, sayang juga uang ratusan ribu habis setiap bulan hanya untuk menampung kotoran si kecil. Ah, beginilah kalau seorang ibu berhitung anggaran belanja; kesimpulannya, popok kain jelas lebih ekonomis. Saya capek bolak-balik mengganti popok bayi yang basah, apalagi di malam hari karena sepulang bekerja saya sudah lelah dan ngantuk sekali... belum lagi urusan nyuci dan nyetrika baju si kecil..., ya enggak apa-apa deh sebagian gaji saya dan suami habis untuk beli pospak. Yang penting kami dan si bayi sama-sama nyaman.
Untungnya, kesimpulan itu tidak membuat saya berhenti berpikir soal dampak pemakaian pospak 24 jam. Rasanya ada yang kurang kalau bayi tidak kenal popok kain sama sekali. Seperti ada yang hilang dari dunianya yang serbabaru. Tapi apakah yang hilang itu? Saya mencoba mencari jawaban. Lalu saya sampai pada sebuah pertanyaan, "Apa jadinya kalau bayi tidak pernah sadar dirinya ngompol?"
KESEMPATAN BELAJAR
Benar saja, seorang psikolog perkembangan yang saya temui mengatakan, kalau bayi tidak merasa mengompol karena selalu pakai pospak, ia jadi kehilangan kesempatan belajar kenal tanda-tanda mau buang air kecil (BAK) dan keinginan untuk mengendalikannya hingga tiba di tempat yang semestinya, yakni toilet.
Kita sama-sama tahu, bayi mungil belum memiliki kemampuan mengontrol pembuangannya, baik pipis maupun pup. Kemampuan mengontrol buang air besar (BAB), rata-rata dimulai pada usia 6 bulan. Sedangkan kemampuan mengontrol BAK berkisar antara 15-16 bulan. Umumnya bayi yang berusia kurang dari 6 bulan akan BAK setiap 1-2 jam sekali. Memasuki usia 6 bulan ke atas, frekuensi tersebut mulai berkurang.
Sayangnya, tak semua orangtua menyadari bahwa mengompol pada bayi memberikan banyak manfaat untuk tumbuh kembangnya kelak. Tak perlu khawatir bahwa mengompol akan mengganggu tidur si bayi, karena umumnya setelah diganti popok dan alasnya, ia akan tertidur kembali.
Pada masa tidur itulah tubuhnya aktif memperbaiki sel-sel otak yang rusak dan memproduksi sekitar 75% hormon pertumbuhan. Namun patut diingat, umumnya bayi tidak memiliki masalah tidur, ia bisa cepat tertidur pulas kembali setelah ngompol.
Kita sama-sama tahu, bayi mungil belum memiliki kemampuan mengontrol pembuangannya, baik pipis maupun pup. Kemampuan mengontrol buang air besar (BAB), rata-rata dimulai pada usia 6 bulan. Sedangkan kemampuan mengontrol BAK berkisar antara 15-16 bulan. Umumnya bayi yang berusia kurang dari 6 bulan akan BAK setiap 1-2 jam sekali. Memasuki usia 6 bulan ke atas, frekuensi tersebut mulai berkurang.
Sayangnya, tak semua orangtua menyadari bahwa mengompol pada bayi memberikan banyak manfaat untuk tumbuh kembangnya kelak. Tak perlu khawatir bahwa mengompol akan mengganggu tidur si bayi, karena umumnya setelah diganti popok dan alasnya, ia akan tertidur kembali.
Pada masa tidur itulah tubuhnya aktif memperbaiki sel-sel otak yang rusak dan memproduksi sekitar 75% hormon pertumbuhan. Namun patut diingat, umumnya bayi tidak memiliki masalah tidur, ia bisa cepat tertidur pulas kembali setelah ngompol.
RASA PERCAYA
Apa saja yang dipelajari bayi ketika popok atau celananya basah? Karena merasa tidak nyaman, tentu si bayi menangis mengungkapkan perasaannya. Eh ternyata tangisannya membuat orang-orang memberikan respons yang baik, yakni membersihkan dan mengeringkan kulitnya, mengganti popoknya yang basah, dan menukar alas tempat tidurnya dengan yang wangi. Alhasil, tumbuh kepercayaan dalam diri bayi bahwa ia disayang dan diterima oleh lingkungan. Terbukti, orang-orang yang ada di sekitarnya selalu bersedia membantu dan membuatnya merasa nyaman. Nah, stimulasi inilah yang mampu menumbuhkan rasa percaya dalam dirinya kelak.
Selanjutnya rasa percaya ini akan berkaitan dengan kemampuan dirinya dalam mengendalikan "dunia". Maksudnya, setelah besar, ia akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan mana pun karena dirinya memiliki pengalaman yang menyenangkan semasa bayi, yakni diterima dan disayangi. Niscaya ia pun akan berusaha menerima orang lain dan menyesuaikan diri di mana pun berada.
Selanjutnya rasa percaya ini akan berkaitan dengan kemampuan dirinya dalam mengendalikan "dunia". Maksudnya, setelah besar, ia akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan mana pun karena dirinya memiliki pengalaman yang menyenangkan semasa bayi, yakni diterima dan disayangi. Niscaya ia pun akan berusaha menerima orang lain dan menyesuaikan diri di mana pun berada.
LEBIH PEKA
Selain menumbuhkan rasa percaya terhadap orang lain, dengan mengompol bayi juga mengembangkan kemampuannya memahami sesuatu. Persepsi pertama si bayi diperoleh melalui penjelasan sensorik; bayi memandang, meraba, mencium bau, dan mengecap semua objek yang dapat dijangkaunya.
Demikian pula dengan mengompol, saat air kencing mem-basahi popoknya, ia akan memusatkan perhatiannya pada air yang membasahi popoknya. Kulit di sekitar paha dan kelaminnya merasakan bahwa air kencing yang dikeluarkan terasa hangat kemudian dingin, selanjutnya terasa basah dan tidak nyaman.
Serangkaian tahapan mengom-pol itu mengajarkan kepada si bayi untuk menafsirkan pengalaman yang baru dialaminya. Basah di wilayah kemaluan dan paha rasanya sangat tidak nyaman. Si bayi lalu menunjukkan ketidaknyamanan itu dengan mengangkat kakinya atau menangis, dan tentunya akan mendapat tanggapan dari orang-orang yang ada di sekitarnya dengan mengganti popok yang dipakainya.
Bayi memulai kehidupan tanpa mengerti segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Bayi memperoleh pengertian mengenai apa yang diamatinya melalui pengalaman dan ini juga bergantung pada tingkat kecerdasan si bayi. Melalui pengalaman mengompol itulah, bayi belajar tentang konsep basah, hangat, dan tidak nyaman. Pada saat inilah kepekaan bayi terasah, yang selanjutnya dinyatakan dalam sebuah reaksi yakni mengangkat kakinya atau menangis. Secara tak langsung pula bayi sudah mempelajari sebuah hubungan sebab akibat; bila ia mengompol, agar popok atau celananya diganti maka ia harus menangis untuk mencari per-hatian orang-orang di sekitarnya.
Demikian pula dengan mengompol, saat air kencing mem-basahi popoknya, ia akan memusatkan perhatiannya pada air yang membasahi popoknya. Kulit di sekitar paha dan kelaminnya merasakan bahwa air kencing yang dikeluarkan terasa hangat kemudian dingin, selanjutnya terasa basah dan tidak nyaman.
Serangkaian tahapan mengom-pol itu mengajarkan kepada si bayi untuk menafsirkan pengalaman yang baru dialaminya. Basah di wilayah kemaluan dan paha rasanya sangat tidak nyaman. Si bayi lalu menunjukkan ketidaknyamanan itu dengan mengangkat kakinya atau menangis, dan tentunya akan mendapat tanggapan dari orang-orang yang ada di sekitarnya dengan mengganti popok yang dipakainya.
Bayi memulai kehidupan tanpa mengerti segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Bayi memperoleh pengertian mengenai apa yang diamatinya melalui pengalaman dan ini juga bergantung pada tingkat kecerdasan si bayi. Melalui pengalaman mengompol itulah, bayi belajar tentang konsep basah, hangat, dan tidak nyaman. Pada saat inilah kepekaan bayi terasah, yang selanjutnya dinyatakan dalam sebuah reaksi yakni mengangkat kakinya atau menangis. Secara tak langsung pula bayi sudah mempelajari sebuah hubungan sebab akibat; bila ia mengompol, agar popok atau celananya diganti maka ia harus menangis untuk mencari per-hatian orang-orang di sekitarnya.
CERDAS EMOSI
Kegiatan mengompol juga dapat menjadi sarana mengembangkan atau menumbuhkan kecerdasan emosi bayi. Ini dapat terjadi bila ada interaksi dengan lingkungan. Maksudnya, saat bayi mengompol, hendaknya kita juga memberikan reaksi berupa ajakan bercakap-cakap. Misal, "Oh, Adek ngompol ya. Ndak enak ya Dek kalau basah. Ayo, Mama ganti dulu popoknya." Dengan begitu, bayi makin paham bahwa memang basah itu tidak enak dari reaksi yang kita katakan berikut tindakan mengganti popoknya.
Sebaliknya, tujuan mengem-bangkan atau menumbuhkan kecerdasan emosi ini tidak akan tercapai bila si bayi tidak mendapatkan reaksi dari orang-orang di sekitarnya. Umpama, tetap di-biarkan basah dan tidak digantikan popoknya, sehingga si bayi menganggap kegiatan mengompol yang baru dialaminya sebagai sesuatu yang biasa saja.
Nah, itulah penjelasan yang membuat saya yakin, bahwa popok dan celana kain ternyata tak perlu disingkirkan. Di rumah, saya tetap memberi kesempatan kepada si kecil untuk ngompol. Barulah kala bepergian dengan-nya, seperti ke dokter atau di perjalanan menuju ke rumah eyangnya, saya mengandalkan si penolong yang praktis: tisu basah dan popok sekali pakai yang antibocor. Sesekali pakai pospak tidak mengapa, kok. Toh, itu tidak menghilangkan kesempatannya belajar dari si ompol. Yang jelas saya jadi lega, ter-nyata kerepotan bolak-balik ganti popok ada gunanya.
Sebaliknya, tujuan mengem-bangkan atau menumbuhkan kecerdasan emosi ini tidak akan tercapai bila si bayi tidak mendapatkan reaksi dari orang-orang di sekitarnya. Umpama, tetap di-biarkan basah dan tidak digantikan popoknya, sehingga si bayi menganggap kegiatan mengompol yang baru dialaminya sebagai sesuatu yang biasa saja.
Nah, itulah penjelasan yang membuat saya yakin, bahwa popok dan celana kain ternyata tak perlu disingkirkan. Di rumah, saya tetap memberi kesempatan kepada si kecil untuk ngompol. Barulah kala bepergian dengan-nya, seperti ke dokter atau di perjalanan menuju ke rumah eyangnya, saya mengandalkan si penolong yang praktis: tisu basah dan popok sekali pakai yang antibocor. Sesekali pakai pospak tidak mengapa, kok. Toh, itu tidak menghilangkan kesempatannya belajar dari si ompol. Yang jelas saya jadi lega, ter-nyata kerepotan bolak-balik ganti popok ada gunanya.
GANGGU TIDUR?
Selama tahun pertama, kebutuhan akan tidur malam pada bayi rata-rata meningkat dari 8 1/2 jam pada 3 minggu pertama menjadi 10 jam pada 12 minggu pertama dan selanjutnya tetap konstan selama sisa tahun tersebut. Seperti yang dikutip dari Psikologi Perkembangan karya Elizabeth B. Hurlock, sepanjang tahun pertama, siklus bangun-tidur selama kira-kira satu jam terjadi baik pada waktu tidur siang maupun malam, dengan tidur lelap hanya kira-kira 23 menit. Jadi, mengganti popok dan membersihkan alas tidur yang hanya memakan waktu 5-10 menit tidak akan mengganggu kualitas
Masalah anak suka ngompol sebenarnya kita kembalikan ke diri kita masing-masing sebagai orang tua apakah sudah memberikan efforts lebih utk melatih BAK/BAB, yaitu:
"Apakah kita mau tengah malam yang lagi ngantuk-ngantuknya bangun trus kita pipisin anak-anak? dan membiasakan mereka untuk tidak pipis sembarangan?"
Sebenarnya kalau kita jujur dg diri sendiri, kadang kitanya yang malas dan kuatir kalau anak kita sering ngompol di celana, apalagi kalau pergi, misalnya ke mal yang kalau mereka mau pipis kita udah kelabakan takut mereka ngompol sebelum sampai di toilet yang mungkin jaraknya jauh, hal itu membuat kita selalu protect anak-anak kita dengan diapers.
Masalah anak suka ngompol sebenarnya kita kembalikan ke diri kita masing-masing sebagai orang tua apakah sudah memberikan efforts lebih utk melatih BAK/BAB, yaitu:
"Apakah kita mau tengah malam yang lagi ngantuk-ngantuknya bangun trus kita pipisin anak-anak? dan membiasakan mereka untuk tidak pipis sembarangan?"
Sebenarnya kalau kita jujur dg diri sendiri, kadang kitanya yang malas dan kuatir kalau anak kita sering ngompol di celana, apalagi kalau pergi, misalnya ke mal yang kalau mereka mau pipis kita udah kelabakan takut mereka ngompol sebelum sampai di toilet yang mungkin jaraknya jauh, hal itu membuat kita selalu protect anak-anak kita dengan diapers.
Langganan:
Postingan (Atom)